OPINI ADAB BERKOMUNIKASI DENGAN LAWAN JENIS



Berkomunikasi antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram,  sebenarnya tidak dilarang. Hanya sja syarat pembicaraannya yang dilakukan tidak boleh menimbulkan fitnah,  tidak berkhalwat (lawan jenis yang berdua di dalam ruangan) dan isi pembicaraan tersebut mengandung kebaikan yang pastinya harus tetap   menjaga adab-adab kesopanan yang berlaku. 

Dalam kehidupan sehari-hari, kaum muslimah juga tidak lepas dari interaksidan berkomunikasi dengan lawan jenis yang bukan mahram baik Ketika saat di kantor,  ruangan, sekolah, kuliah,  berkerja  dan aktivitas lainnya. Atau mungkin dekatnya Lawan jenis hanya ber- alibi ingin silaturahmi?, Berjasa?, Tampan?, Kaya?.

Menjaga jarak baik dalam berkomunikasi atau bertingkah laku utamanya perempuan baik yang sudah berkeluarga atau masih remaja merupakan kewajiban.  Karena salah satu menjaga diri adalah dengan berkomunikasi dan bertingkah laku sesuai peraturan syariat. 

Biasanya dimulai dari obrolan santai, pembahasan tugas dan seterusnya lalu berlanjut dengan candaan yang menjadikan ia  semakin  nyaman dan senang untuk meneruskan komunikasi sampai akhirnya akan menjurus kearah yang lebih privasi.

 Artinya jangan sampai kita merasa aman lalu berkata “nggak kok, saya bisa jaga diri, saya juga bisa jaga hati insyaAllah gak ada masalah dan  merasa yakin bahwa hal tersebut tidak membawa pengaruh untuk kita karena dalam menggoda manusia, setan punya seribu satu cara dan yang namanya lawan jenis itu ada daya tariknya seperti positif dan negatif. Maka antara lawan jenis ada tarik-menariknya dan itu pun tidak bisa dipungkiri. 


Adapun adab dan batasan antara lawan jenis adalah  tidak melembutkan suara, tidak berkhalwat, Mengucapkan perkataan yang baik dan Tundukkan pandangan. Beda lagi ketika berkomunikasi dengan lawan jenis  dimedia sosial (medsos) seperti chatting misalnya, memang digunakan syarat-syarat yang hanya bisa diukur oleh diri sendiri. Seperti bahasa yang digunakan termasuk merayu atau tidak, isi pembicaraan merupakan hal penting atau tidak, dan sebagainya. Karena itu, dibutuhkan kejujuran masing-masing pribadi dalam mengukurnya, dan sejauh mana kita merasa diawasi oleh Allah. Semakin kuat iman seseorang, maka semakin takut ia untuk melanggar hal-hal yang telah dibatasi Allah, dan rasa diawasi oleh Allah juga semakin kuat.  Semoga bermanfaat 😊


Penulis: Siti Waqiatul Hasanah Mahasiswa aktif Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Nurul Jadid Paiton Probolinggo

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keistimewaan Otak Perempuan

Belajar Demokrasi Sejak Dini, Pemilihan Ketua OSIS MTs Nurul Jadid Bali Resmi Digelar

SANTRI NURUL JADID BALI RAIH PRESTASI DI EVENT POSPEDA KE-IX SE- KABUPATEN BULELENG